![]() |
K-Lures di seluruh Indonesia |
Beberapa waktu akhir-akhir ini dalam dunia lure maker dibuat tidak nyaman dengan adanya penjiplakan sesama lure maker yang dimana salah satu produk yang sudah berhak cipta ditiru dan diperjual belikan. Pertanyaannya, seberapa pentingkah hak cipta dalam dunia lure maker? Bagi para lure maker profesional tentu saja hal ini sangat penting. Bentuk atau corak dan design yang sedmikian rupa diolah dan melalui proses error pun menjadi sangat berarti ketika produk tersebut dikeluarkan, namun hanya dalam waktu hitungan menit saja sudah dijiplak, ditiru dan bahkan dijual dibawah harga aslinya. Sungguh sebuah tindakan yang menurut saya pribadi kurang baik.
Kembali ke masalah lure handmade, tidak dipungkiri pula bahwa lure handmade yang ada saat ini adalah inovasi ataupun modifikasi dari lure yang sudah ada, sebagai contoh jump frog adalah bentuk penyempurnaan dari produk Thailand dimana dari sanalah model jump frog berasal begitu juga dengan soft frog yang memang sangat berkembang di negara Gajah Putih tersebut. Nah kitapun tinggal memodifikasi dan berinovasi saja namun pada dasarnya hanya mengubah bentuk dari yang sudah ada. Nah untuk design bentuk memang setiap lure maker punya ciri khasnya masing-masing sesuai dengan ide yang keluar. Sebagai contoh meniru tokoh kartun Oscar pada soft frog milik pak Antonius Moelyadi, saya akui ini sebuah terobosan baru dengan menghadirkan tokoh kartun dalam aplikasi casting. Nah sebenarnya para lure maker lainpunbisa mencontoh cara membuat soft frog dengan menggunakan bentuk tokoh kartun lain namun justru menjiplak langsung bentk yang sudah ada ini sangat disayangkan. Contoh lagi jump frog D'Lure dimana menggunakan painting tokoh kartun ataupun logo club sepakbola dimana bisa dijadikan contoh untuk memberikan finishing pada jump frognya bukan meniru bentuk yang terlihat, memberikan sedikit sentuhan lain pada produk tersebutpun sebenarnya sudah akan berbeda.
![]() |
American Large Mouth Bass dengan Lure Indonesia |
Ya, memang kita tidak bisa membuat atau mencari ide lain selain melihat apa yang ada di depan mata. Jujur saya pun aga miris dengan keadaan ini dimana belum ada inovasi penciptaan model lure lainnya. Contoh lagi tentang lure upil temuan seorang lure maker Jogja yang juga menimbulkan kontroversi dimana ada yang meniru dan menjualnya dengan harga lebih rendah sehingga otomatis para pelangganpun berpindah yang menimbulkan sebuah masalah baru. Memang salah satu jurus andalan pemain baru adalah dengan menjatuhkan harga dibawah harga yang sudah ada namun kita juga harus berfikir ke depan seandainya kitapun nantinya dijatuhkan lewat harga jangan terus meradang juga hehehehe...
Ya semoga ke depan ada solusi yang lebih tepat daripada hanya berkutat pada drama. Saya pribadi berharap dunia lure maker Indonesia dapat bersaing dengan negara lain bukan malah sikut-sikutan di dalam negeri. Jika anda memang lure maker sejati tunjukkan bahwa produk anda mampu bersaing di luar negeri atau minimal berhasil ke luar negeri bukan hanya bersaing di level nasional saja.
No comments:
Post a Comment