Monday, September 3, 2018

Mancing Mengajari Kita Dekat Dengan Alam

Akibat Ilegal Fishing

Para pembaca setia blog ini tentu setuju dengan judul diatas. Kami akan ulas sedikit mengenai mengapa Mancing Mengajari Kita Dekat Dengan Alam dalam tulisan berikut ini. Salah satu persoalan yang kini hampir melanda seluruh wilayah perairan Indonesia baik air laut maupun air tawar adalah masalah soal sampah. Lebih parahnya lagi adanya sampah sampah berbahan dasar plastik yang akan sangat susah sekali untuk teruraikan oleh proses alam. Mulai dari kantong plastik, bekas botol mineral dan sampah plastik bekas kemasan makanan serta diperparah dengan bekas popok bayi sekali pakai. Setiap kali saya turun spot baik itu ke Waduk, Sungai atau rawa pasti berjumpa dengan sampah-sampah tersebut. hal inipun semakin diperparah oleh kita para pemancing yang tanpa kita sadari sering kali meninggalkan barang bekas terlebih plastik bekas makanan bekal ataupun botol minuman.
Banyak sekali video yang menunjukkan betapa buruknya perilaku masyarakat Indonesia yang memang belum banyak yang menyadari akan bencana yang ditimbulkan oleh masalah sampah ini. Salah satu efek yang sekarang ini sering muncul di televisi adalah masalah banjir yang kadangkala disebabkan oleh permasalahan sampah yang menyumbat saluran air. Memang sebagai seorang pemancing apalagi jika anda sekalian berfikiran maju tentu masalah sampah ini harus kita hindari dimulai dari diri kita sendiri dengan tidak membuang sampah plastik secara sembarangan. Buanglah pada tempat sampah dimana nantinya akan dibuang ke tempat yang semestinya untuk dimusnahkan.
Tanpa kita sadari dengan (maaf) umpan tiruan yang berbahan plastik yang tertinggal di lokasi karena nyajen atau hilang secara tidak langsung kitapun turut andil dalam menambah jumlah sampah plastik di spot mancing.
Sebagai contoh nyata soal sampah adalah Waduk Mulur di Sukoharjo dimana setiap hari lebih dari 100 pemancing datang di lokasi ini. Silahkan check tanggul Waduk Mulur dimana banyak sekali sampah plastik yang ditinggalkan oleh para pengunjung khususnya para pemancing. Sadar atau tidak hal ini selain menimbulkan polusi air juga menambah kesan buruk di lokasi Waduk Mulur. Beberapa waktu yang lalu kami dari IMCS dibantu beberapa kawan pemancing yang peduli mengadakan acara pembersihan sampah di sepanjang tanggul Waduk Mulur namun kini sudah mulai merebak lagi soal sampah plastik ini.
Ya memang kesadaran pribadi sangat dibutuhkan untuk persoalan sampah ini. Saya yakin jika para pembaca di blog saya ini termasuk orang-orang cerdas yang berfikiran maju sehingga saya berharap para pembaca disinipun ikut mengkampanyekan gerakan anti sampah baik untuk pribadi ataupun sekedar mengingatkan kawan lain yang masih suka membuang sampah secara sembarangan terutama di lokasi memancing para pembaca sekalian. Jangan sampai kita jadi ilang filling ketika mau memancing hanya karena melihat tumpukkan sampah disekitar lokasi memancing kita. Semoga tulisan kecil ini bisa ikut menggugah hati kecil para pembaca sekalian agar ke depan kita semakin lebih peduli kepada alam sekitar khususnya perairan Indonesia tercinta ini, karena alam bukanlah warisan nenek moyang namun alam adalah titipan untuk anak cucu kita nanti di masa yang akan datang.
Salah satu jenis tanaman air yang bagi sebagian pemancing pasti mengenalnya adalah tanaman enceng gondok. Tanaman ini dulunya dibawa masuk ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda namun pada akhirnya menimbulkan dampak yang hingga hari ini belum ada solusi tepat dalam mengatasi pertumbuhan tanaman air yang bersifat invasif dan destruktif ini. Sebagai contoh adalah Rawa Pening di Salatiga yang mengalami banyak problema dengan adanya tanaman enceng gondok yang merata hampir di seluruh wilayah Rawa Pening. Di tempat lainpun juga menimbulkan masalah tersendiri seperti di bekas aliran Bengawan Solo tepatnya sepanjang kalimati mulai dari tangkisan Tawangsari hingga Telukan Grogol Sukoharjo. Selain itu juga menjadi masalah di Rowo Jangglengan Nguter yang beberapa waktu lalu akhirnya disingkirkan dengan swadaya masyarakat setempat.
Tanaman enceng gondok dapat berkembang biak secara cepat dalam hitungan minggu. Saya sendiri mengamati bahwa hanya dalam hitungan minggu saja 1 lokasi bisa penuh dengan tanaman ini jika memang dibiarkan. Tanaman ini juga sedikit sekali manfaatnya dan lebih banyak dampak negatifnya antara lain mengurangi kandungan oksigen pada air dan menutupi permukaan air sehingga akan menggangu ekosistem air serta menyebabkan pendangkalan pada wilayah tersebut. Bahkan karena banyaknya tanaman ini pula bisa menyebabkan berkembangnya nyamuk demam berdarah karena jentik nyamuk akan cepat sekali berkembang biak diantara sela-sela tanaman air enceng gondok ini.
Nah sebelum terlanjur sebaiknya jika anda menemui tanaman ini pada lokasi memancing segeralah diangkat dan dimusnahkan sebelum semuanya terlambat karena berdasarkan pengalaman dari tempat-tempat mancing yang sudah mangkrak disebabkan tanaman enceng gondok ini akan berakibat fatal bagi kita semua terutama warga sekitar yang akan terkena dampak secara langsung antara lain kesehatan, sedangkan bagi kita para pemancing tentu kita pasti akan menjadi kehilangan tempat memancing karena seluruh area akan dipenuhi tanaman ini. Saya berharap kita lebih baik mencegah sebelum terlambat karena biaya untuk pemusnahan tanaman enceng gondok akan sangat mahal serta membutuhkan tenaga dan pikiran. Seperti yang terjadi di Rawa Pening dimana pemerintahpun akhirnya harus turun tangan dengan alokasi dana yang boleh dikatakan tidak sedikit. Nah kita sebagai penghobi mancingpun setidaknya harus sedikit peduli jika memang kita ingin hobi kita ini akan terus berlangsung dan turun kepada anak-cucu kita nantinya.
Perairan di Indonesia sangat kaya akan keragaman jenis ikan serta biota di dalamnya, baik di perairan air tawar maupun perairan lautnya. Namun seiring perkembangan dan kebutuhan masyarakat akan gizi dari kandungan protein ikan maka terjadi pula cara-cara perburuan ikan dan biota lainnya dengan cara yang kurang sesuai dengan peraturan Pemerintah, antara lain penggunaan Bom Ikan, Setrum, jaring Pukat dan racun. hal ini tentunya akan sangat berdampak bagi keseimbangan ekosistem dan rantai makanan yang terkandung di dalamnya. Berikut ini penjabaran bahaya yang ditimbulkan oleh aksi ilegal fishing.

  1.  Jaring Pukat, secara langsung akan berdampak berkurangnya ikan secara massal karena jaring dengan ukuran kecil akan menggangu sistem rantai makanan bagi ikan-ikan besar lainnya serta mengurangi jumlah ikan secara berlebihan dan tidak terkendali. Termasuk disini adalah penggunaan Spring Bomb Net atau Jaring Tegeg yang berukuran kecil dibawah 2,5 Inchi karena menurut aturan yang diperbolehkan adalah diatas 2,5 Inchi bagi jaring di wilayah Indonesia.
  2. Setrum, micro organisme sebagai dasar rantai makanan akan musnah sehingga ikan kecil tidak akan dapat berkembang secara sempurna dan pada akhirnya akan memutus rantai makanan diatasnya, selain itu dampak nyata adalah berkurangnya kesuburan tanah dilokasi yang sering dijadikan lahan penyetruman karena bakteri pengurai akan musnah oleh aliran listrik yang dihasilkan oleh alat ini. Jika belut dan ikan gabus diambil secara massal dengan alat ini tentu tikuspun akan kembali merebak dikarenakan predator dari cindil sudah tidak ada lagi. Selain itu beberapa kasus setrum pun dapat berdampak kematian bagi pengguna alat itu sendiri.
  3. Racun, micro organisme dan ikan-ikan kecil akan musnah secara massal dan tentu makanan ikan besar akan hilang sehingga berdampak kelanjutan bagi ikan-ikan pemburu diatas rantai makanan selain itu ikan yang tertangkap juga akan mengandung racun dan pada akhirnya kan terkonsumsi oleh manusia dan dalam jangka waktu panjang bisa menimbulkan kanker, dampak lainnya pun menyebabkan kematian secara mendadak bagi orang yang mengkonsumsi namun tidak mengolah secara benar ikan hasil racun tersebut.
Bom ikan, akan merusak secara langsung habitat ikan sehingga rumah bagi perkembangan ikan selanjutnya juga akan musnah. Bom ikan juga menyebabkan wilayah perairan tandus karena racun yang ditimbulkan akan lama hilang dari penggunaan bom ikan.Jika kita pemancing, tentu kita sangat akan berusaha untuk mendapatkan  hasil ikan yang berlimpah dalam setiap kegiatan memancing kita, namun seiring perjalanan waktu saat ini untuk mendapatkan hasil berlimpah lewat memancing tentulah hal yang sangat butuh banyak kesabaran dan perjuangan. Hal ini sangat dipengaruhi banyak faktor baik dari sisi pemancingnya itu sendiri maupun dari faktor luar.Dari sisi pemancing sendiri, tidak semua pemancing sadar akan pentingnya melestarikan habitat ikan, kurang bisa memilah dan memilih mana yang layak dibawa pulang dan merilis kembali mana ikan yang belum layak konsumsi. Faktor lain adalah ketika mendapatkan ikan indukan justru malah diambil sehingga regenerasi ikan akan terganggu. Tidak perlu saya sebutkan namun kenyataan itu ada di setiap kita memancing. Sebaiknya memang ikan indukan tetap kita pertahankan agar dapat memijah dan menurunkan kembali anakan ikan. Hal lainnya adalah ketika ikan-ikan kecil anakanpun tak luput dari serangan membabi buta. Goreng garing katanya gurih...hehehe....
Sedangkan faktor luar antara lain masih adanya Setrum ikan, Obat kimia yang disalahgunakan serta jaring pukat dan bomb ikan. Tentu ini sangat memprihatinkan bagi kita khususnya untuk masa depan perairan Indonesia.
Maka dari itu saya mengajak para pembaca setia blog saya ini untuk lebih bisa bersahabat dengan alam dan mengubah pola pikir kita, bahwa memancing itu bukanlah untuk mencari ikan sebagai lauk pauk semata tetapi kita ambil sisi lainnya yanitu sebagai sarana olahraga batin dan fisik sebagai sarana hiburan semata. Jika pola pikir kita sudah berubah tentang arti sebuah kegiatan memancing tentu kita akan lebih peduli untuk ikut melestarikan alam khususnya untuk wilayah perairan Indonesia.
Salah satu slogan yang saya ambil dari para petualang pecinta alam adalah ketika kita berkunjung kesebuah tempat ada 3 pesan khusus yaitu Jangan mengambil kecuali kenangan (lewat rekaman video atau photo), Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak (jangan nyampah), dan jangan membunuh sesuatu kecuali waktu (inilah salah satu yang membuat saya mendukung Catch And Release tentu dengan catatan catan tertentu juga).
Pilah dan Pilih
Pilah mana ikan yang masih kategori anakan dan indukan. Pilih ikan dengan tingkat kelayakan konsumsi. Jangan membawa pulang ikan yang terlalu kecil (anakan) atau bahkan terlalu besar (Indukan) hal ini akan memberikan efek untuk kelangsungan ekosistem berikutnya.
Jangan memancing ketika musim kawin ikan
Hal ini bertujuan agar memberikan kesempatan ikan di alam liar untuk berkembang dan memperbanyak jumlah sehingga nantinya kita juga akan merasakan banyak jumlah tangkapan bukan sekedar mendapatkan hasil yang sedikit jika memang kita berniat untuk mengembangkan ke arah pendapatan.
Lakukan tebar benih
Jika kita ingin memanen tentu kita harus menanam. Untuk itu kita juga harus ikut menebar benih agar kelak kita pun bisa memanennya. Bisa kita bergabung pada komunitas mancing agar bisa bersama-sama dan tentu akan lebih ringan pengeluaran kita untuk membeli bibit ikan.
Relokasi
Kita lepaskan kembali ikan hasil tangkapan pada lokasi yang sudah tidak ada ikan atau ikannya habis. Hal ini bisa kita ketahui dari survey ketika kita memancing apakah hasilnya bagus atau tidak,jika tidak tentu kita harus mulai peduli untuk relokasi ikan yang kita suka.
Kampanye anti ilegal fishing
Penyalahgunaan obat kimia,setrum serta jaring pukat juga harus kita antisipasi dengan memberikan pengertian kepada warga sekitar lokasi mancing agar secara pelan-pelan menyadari bahaya dari penyalahgunaan tersebut terutama untuk kelangsungan ekosistem dimasa datang.
Stop buang sampah sembarangan
Biasakanlah membuang sampang pada tempatnya jangan membuang secara semabarangan terutama di lokasi mancing karena akan mengotori dan mencemari air sehingga merusak habitat ikan.
Nah semoga tulisan diatas tadi menjadikan Mancing lebih Mengajari Kita agar Dekat Dengan Alam. Semoga.

No comments:

Post a Comment